Mexintv.com,Kupang – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar jumpa pers di Kantor Gubernur NTT yang dihadiri oleh Kepala BMKG Rahmattulloh Adji, Plt. Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT Joaz Bily Oemboe Wanda, serta Kepala BPBD NTT Cornelis Waduada. Mereka memberikan informasi penting mengenai prediksi iklim dan strategi antisipasi menghadapi peralihan musim di wilayah NTT.
Kepala BMKG, Rahmattulloh Adji, memaparkan bahwa anomali di Samudera Pasifik dan Hindia berada dalam kondisi netral. BMKG memprediksi awal musim hujan akan lebih cepat dari biasanya di sejumlah daerah di NTT, khususnya Manggarai Barat, Manggarai Tengah, dan 19 zona lainnya yang diperkirakan akan mulai hujan pada awal November 2024.
“Puncak musim hujan diperkirakan akan terjadi pada Januari 2025, dengan akumulasi curah hujan di atas normal. Ini menandakan sifat hujan tahun ini lebih basah,” ungkap Rahmattulloh.
Dia juga mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap potensi peningkatan bencana banjir akibat curah hujan tinggi. BMKG akan terus melakukan edukasi kepada masyarakat terkait langkah mitigasi bencana hidrologi.
Dalam kesempatan yang sama, Plt. Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT, Joaz Bily Oemboe Wanda, menyoroti dampak El Nino terhadap sektor pertanian di NTT.
Menurutnya, perubahan iklim ini mempengaruhi aktivitas usaha tani, sehingga diperlukan langkah mitigasi yang tepat. “Kami telah bekerja sama dengan BMKG untuk memberikan informasi terkini kepada petani agar mereka siap menghadapi musim hujan. Kami juga menyiapkan benih unggul untuk mendukung produksi di musim tanam mendatang,” jelas Joaz.
Dinas Pertanian juga telah menggandeng Kementerian Pertanian dalam distribusi alat dan mesin pertanian (alsintan). Sebanyak 64 brigade alsintan sudah disalurkan kepada petani untuk membantu pengolahan lahan.
Sementara itu, Kepala BPBD NTT, Cornelis Waduada, memaparkan bahwa topografi wilayah NTT yang beragam membuat beberapa daerah rentan terhadap bencana alam seperti kebakaran hutan, gempa bumi, dan aktivitas vulkanik. Cornelis menyoroti Pulau Sumba sebagai wilayah dengan tingkat kebakaran hutan tertinggi
BPBD juga telah melakukan upaya mitigasi kekeringan dengan membangun sumur bor di setiap kabupaten. “Kami telah mengalokasikan dana sebesar Rp400-700 juta untuk membangun tiga sumur bor per kabupaten sebagai upaya antisipasi kekeringan,” kata Cornelis.
Selain itu, BPBD berkomitmen untuk terus memberikan informasi terkini terkait kondisi cuaca dan potensi bencana melalui situs resmi BPBD NTT.
Dia berharap, masyarakat perlu lebih siap dan waspada dalam menghadapi peralihan musim ini. BMKG, Dinas Pertanian, dan BPBD akan terus berkolaborasi dalam menyampaikan informasi dan memberikan dukungan bagi masyarakat NTT untuk menghadapi musim hujan yang lebih basah serta ancaman bencana alam yang mungkin terjadi. ( Tim )